RIYADUSH SHALIHIN || BAB MUROQOBAH

MUROQOBAH
Merasa Senantiasa Diawasi oleh Alloh

Ketika Rosululloh  ditanya oleh malaikat Jibril tentang makna ‘ihsan’ maka beliau menjawab:

أنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ

“Kamu beribadah kepada Alloh, seakan-akan kamu melihat Alloh Ta’ala, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Alloh yang melihat kamu.” (HR. Muslim)

Ketika Ibnul Mubarok rohimahulloh ditanya tentang muroqobah, bagaimana agar seorang hamba itu bisa bermuroqobah?
Ia menjawab:

كُنْ أَبَدًا كَأَنَّكَ تَرَى اللهَ

“Anggaplah seakan-akan engkau melihat Alloh selama-selamanya”

Ihsan adalah manivestasi dari sikap muroqobah (merasa senantiasa diawasi oleh Alloh). Muroqobah itu ibarat kita sedang diintai oleh CCTV dimana saja kita berada. CCTV yang senantiasa mengawasi gerak-gerik kita, merekam semua yang dilakukan.

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

Yaitu Dzat (Alloh) Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Q.S. Asy-Syu’ara: 218-219)

Bahkan pengawasan Alloh melebihi pengawasan dari CCTV. Alloh bukan hanya mengawasi pergerakan badan kita akan tetapi Alloh pun mengawasi dan mengetahui isi hati kita.

يَعْلَمُ خَائِنَةََ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam hati”. (QS. Al-Mu’min: 19)

Di antara tanda-tanda dari Muroqobah (dalam Madarijus Salikin, ibnul Qayyim Al-Jauziyyah):
1. Senantiasa mengutamakan apa yang disyariatkan oleh Alloh Ta’ala. Jika Alloh mengutamakan urusan akhirat daripada dunia, maka ia pun mengutamakan urusan akhirat daripada dunia.
2. Mengagungkan apa-apa yang diagungkan oleh Alloh Ta’ala. Jika Alloh mengagungkan berbagai macam ketaatan dan urusan agama, maka ia agungkan pula keduanya.
3. Mengecilkan/merendahkan apa-apa yang dianggap kecil oleh Alloh Ta’ala. Jika Alloh merendahkan perkara duniawi dan syahwat, maka ia pun menganggapnya rendah.

“Umar tidak melihat kita, namun Rabb-nya Umar melihat kita”

Itulah perkataan luar biasa yang keluar dari lisan wanita sholehah yang begitu kuat imannya. Ia mengimani bahwa Alloh itu ar-Raqiib yang senantiasa mengawasi setiap gerak-gerik dan juga isi hatinya.

Ia meyakini bahwa tak ada yang luput dari pengawasannya sedetik pun bahkan sekejap mata pun. Ia mengimani bahwa Alloh selalu memantaunya baik sendiri maupun bersama-sama.

Ketika ia disuruh untuk mencampur air dengan susu (yang jelas dilarang pada waktu itu), dan ibunya mengatakan bahwa Umar bin Khattab tidak akan tahu. Namun sang anak yang kokoh imannya itu menjawab dengan mantap:
“Umar tidak melihat kita, namun Rabb-nya Umar melihat kita”

Dari keturunan wanita ini lahirlah seorang pemuda Islam yang tangguh, pemimpin yang adil, bijaksana, faqih dan juga sangat zuhud. Yakni Umar bin Abdul Aziz rahimahullah.

Adakah di zaman ini wanita-wanita hebat seperti ini??

(Kisah ini bisa dilihat di kitab Shifatus Shafwah (2/203-204) karya Ibnu Jauzi rahimahullah)

Read Previous

HISNUL MUSLIM || DO’A KETIKA KELUAR DAN MASUK RUMAH

Read Next

WEBINAR ELSSI “BERBAHAGIALAH MEREKA YANG TAUBAT”

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.