elssimedia.id – Setiap orang pasti pernah mengalami saat-saat sulit dalam menjalani kehidupannya. Kadang kesulitan itu memang membuat seseorang frustasi, bingung, stres, panik, putus asa dan sikap negatif lainnya. Namun hal ini hanya terjadi pada kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari tuntunan Al-Qur`an. Jauhnya mereka dari tuntunan Al Qur’an menyebabkan mereka gampang gelisah, tegang, dan marah. Mereka menjalani kehidupan ini dengan beban masalah dan tekanan batin yang luar biasa beratnya, sehingga menjauhkan mereka dari kebahagiaan hidup.
Seorang mukmin tentu berbeda dalam menyikapi berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya. Mereka memahami bahwa kesulitan atau ujian diberikan oleh Alloh subhanahu wata’ala dalam rangka menguji hamba-Nya. Dan mereka tahu bahwa kesulitan itu dibuat untuk membedakan antara mereka yang benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yaitu mereka yang tidak tulus dalam meyakini keimanan mereka. Karena itu, ujian atau kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita akan menunjukkan siapakah kita sebenarnya. Alloh subhanahu wata’ala menjelaskan melalui firman-Nya, bahwa Dia akan menguji manusia untuk melihat siapakah yang benar-benar beriman.
“Apakah kamu mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad di antara-Mu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Imran [3]: 142)
“Alloh sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)….”
(QS. Ali Imran [3]: 179)
Ketika membaca ayat tersebut, hendaknya semakin menambah kesadaran kita bahwa kehidupan ini memang dipenuhi dengan aneka masalah dan berbagai kesulitan. Karena dunia ini merupakan Darut Taklif, maksudnya adalah tempat pembebanan. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah selama mereka hidup di dunia. Dan sungguh merugi orang yang larut dalam kesedihan, kesedihan yang panjang justru akan semakin menyulitkan diri dalam menghadapi masalah. Hanya dengan keberanian untuk bangkit dan bersabar, kesulitan itu akan terasa mudah. Berbahagialah orang yang mampu bersabar dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, karena Alloh subhanahu wata’ala beserta orang-orang yang sabar.
Rasa sedih saat mengalami kesulitan hendaknya juga disertai harapan, sungguh sejuk terdengar di telinga kita ungkapan dan pernyataan yang bersumber dari Alloh melalui Al-Qur’an, “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” Begitu indahnya Alloh ciptakan hikmah di balik segala sesuatu.
Sesungguhnya setelah kelaparan ada kenyang, sesudah dahaga ada kesejukan, setelah sakit ada sembuh, pasti yang sesat jika berusaha sungguh-sungguh akan menemukan jalannya, yang telah melalui kegelapan ada secercah cahaya terang benderang. Lihatlah para petualang di sebuah gua yang gelap, setelah berjalan kesana kemari melihat setitik lubang cahaya.
Beri kabar gembiralah bagi malam yang gelap, bahwa esok lusa akan ada fajar dari puncak gunung, dan celah-celah lembah.
Apabila kita melihat dan berjalan di tengah padang pasir nan tandus itu, kita berjalan lagi masih juga padang pasir, berjalan terus, Sampai suatu saat kelak kita akan menemukan dedaunan hijau, perkampungan hijau, ada kehidupan disana. Semua itu karena setiap ada muara ada hulunya atau sebaliknya. Ada ujung ada pangkalnya, ada kesulitan pasti setelah itu ada kemudahan.
Bila kita melihat tali itu kuat dan sambung menyambung, lihatlah suatu saat pasti akan terputus juga. Dibalik kemelaratan, pasti ada kebahagiaan. Di dalam ketakutan, akan disertai rasa aman. Dalam kegoncangan, setelah itu pasti angin itupun tenang kembali.
Ombak menderu-deru, tidak selamanya ia bergejolak terus, pasti ada masa tenangnya.
Begitulah sunnatullah di dunia ini. Tidak ada kesusahan yang terus menerus. Sebagaimana tidak ada kesenangan yang abadi. Semua akan datang silih berganti. Maka tidak semestinya seorang mukmin merasa putus asa ketika kesulitan menerpa, karena setelah itu kemudahan pasti akan menggantikannya. Bukankah Alloh subhanahu wata’ala telah berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Asy-Syarh: 5-6)
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengenai ayat tersebut : “Ayat ini memberi kabar gembira tatkala orang menjumpai kesulitan dan kesukaran, maka kemudahan pasti menemaninya. Seandainya kesulitan sesulit lubang biawak, maka kemudahan pun akan memasuki lalu melepas kesulitan. Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman (dalam ayat yang lain):
”Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
[QS. Ath-Thalaq : 7]. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman : 1/929).
Imam Al-Khaththabi rohimahulloh berkata : “Jika kita lihat teks ayat (QS. Alam Nasyrah : 5-6) diatas, disebutkan ada dua kesulitan dan ada dua kemudahan. Akan tetapi, kesulitan itu hanya (dihitung) sekali karena datang dengan isim ma’rifat (tertentu), sedangkan kemudahan menunjukkan nakiroh (umum, jumlahnya banyak) menunjukkan bahwa yang pertama berlainan dengan yang kedua. Maksudnya kesulitan itu berada di antara dua kemudahan, yaitu kemudahan di dunia dan kemudahan berupa pahala di akhirat.” (Syarh Kitab At-Tauhid : 8/92, Al-Ghunaiman).
Oleh karena itu, seorang mukmin tidak boleh berputus asa ketika ditimpa kesulitan. Karena kemudahan pasti akan datang setelahnya, dengan jumlah yang lebih banyak daripada kesulitan yang dialaminya.
Orang yang cerdas, lagi pintar, akan merubah kerugian-kerugiannya kepada keberuntungan-keberuntungan. Lihatlah betapa Rosululloh n diusir dari kampung kelahirannya Mekkah. Apakah beliau bersikap pesimis dan patah semangat? Tidak! bukan! Beliau hijrah ke Medinah dan mencari penghidupan baru disana, berkarya, bekerja dan berdakwah, sehingga jadilah beliau maju dan dapat membangun Medinah menjadi manusia-manusia bertaqwa, setelah mapan beliau baru kembali membangun asal negerinya yang beliau pernah diusir itu.
Bayangkan, seorang yang ummi, tak tahu baca dan tulis , diusir dari kampung halamannya sendiri, dan oleh bangsanya sendiri, dapat merubah masyarakat dari lembah kejahiliahan, menjadi insan yang tahu ilmu, tahu nilai-nilai akhlak yang luhur, dan maju dalam perekonomian. Dikenal dan dikenang dalam sejarah turun temurun.
Imam Ahmad bin Hanbal dipenjarakan, dicambuk, apa yang terjadi pada beliau setelah itu? Beliau jadi Imam ahli Sunnah yang jasanya dikenang sepanjang masa. Imam Ibnu Taimiyah keluar dalam tahanannya penuh dengan ilmu yang berlimpah ruah, ditengah kesempitan penjara, beliau mampu mengarang puluhan jilid buku.
Apabila seseorang menimpakan kepadamu kemudharatan, dan apabila anda ditimpa musibah, maka lihatlah dari sisi lainnya.
Wallahu a’lam bishowab.